Minggu, 19 Februari 2012

PATIH SAMPUN

LEGENDA PEMALANG
Kadipaten Pemalang merupakan sebuah kota kecil yang menjadi wilayah atau daerah kekuasaan Kerajaan Mataram. Pada Saat itu kadipaten Pemalang diperintah oleh seorang Pangeran yang gagah perkasa ,ia masih keturunan dari Sultan Adi Wijaya Kerajaan Pajang. Ia bernana Pengeran Denowo, selama kepemimpinannya rakyat merasa terayomi, terlindungi dari segala kerusuhan ataupun ontran-ontran,dengan keperkasaannya semua bentuk kerusuhan dapat ditumpas habis.
Sang Pangeran menjadi panutan rakyatnya. Keperkasaan Sang Pangeran cukup dikenal dan disegani oleh para perusuh kerajaan yang berhasil melarikan diri dari kejaran pasukan Kerajaan Mataram.Sehingga Kadipaten Pemalang daerah yang aman dan nyaman.
Keberhasilan Pangeran dalam memimpin daerahnya menjadi aman ,tentram menjadikan wilayah Kadipaten Pemalang dapat membangun dengan lancar yang akhirnya mempercepat pembangunnan di segala bidang.Para abdi dalem nya sangat patuh dan taat terhadap terhadaptugas yang diembannya.
Kadipaten Pemalang merupakan wilayah yang berada di jalur pesisir pantai utara jawa,sehingga letaknya sangat strategis sebagaijalur penghubung antara pusat kerajaan Mataram dengan Kerajaan kecil taklukannya,Sebagai jalur penghubung Kadipaten Pemalang menjadi tempat singgahan para utusan kerajaan baik yang melalui jalur darat maupun jalur laut.Utusan Kerajaan Banten atau pun yang datang dari sunda kelapa selalu singgah sebentar di Kadipaten Pemalang.
Pada suatu ketika dara utusan dari kerajaan Banten yang sengaja datang ke Kadipaten emalang, dia seorang abdi dalem pengawal kerajaan Banten , dengan statusnya sebagai abdi dalem pengawal kerajaan ia memiliki ilmu kanuragan yang luar biasa.Ia datang ke Kadiaten Pemalang mendapatkan titah dari rajanya untuk mengambil atau membawa pusaka yang berada di kawasan Kadipaten Pemalang . Ia langsung menuju ketempat yang di maksud.
Ternyata tempat yang dituju adalah sebuah pertapaan tua yang berada di tepi sungai besar.Kedatangannya di sambut baik oleh sang pertapa tua . Tujuan kedatangan ke tempat pertapaan sudah diketahui oleh sang pertapa, dengan senang hati sang pertapa turun membantu untuk agar keinginan Sang Pengawal kerajaan untuk memiliki pusaka tersebut, dengan segala upaya dilakukan , ternyata tidak berhasil , maka dengan bantuan sang Pertapa tua Ia berhasil memiliki pusaka tersebut ,sang pertapa memberi nama pusaka tersebut dengan nama Kyai Tapak.
Beberapa hari kemudian Sang Abdi Dalem pengawalkerajaan Banten merasa tugas yang di emban sudah berhasil, ia bermaksud akan berpamitan dengan Sang pertapa untuk kembali ke Kerajaannya menyampaikan atau menyerahkan Pusaka tersebut kepada rajanya.
Setelah mendapat restu oleh sang pertapa, berangkat lah ia dengan kuda kesayangannya meninggalkan tlatah kadipaten Pemalang,berhari-hari perjalanan ia lampaui sungai, hutan belantara di jelajahinya, Ia merasa dirinya sudah sampai dan berada di kejaan Banten, dengan perasaan bangga Sang abdi dalem tersebut menghaturkan Pusaka hasil jerih payahnya selama ini kepada Sinuwun.Pada saat itu Ia menyerahkan pusaka kepada sang raja dengan kepala tertunduk sepertikebiasaan tata cara kerajaan pada saat itu.Alangkah terkejutnya , sang abdi dalem bukan sinuwun raja yang menerima,melainkan Kanjeng Kadipaten Pemalang Yaitu Pangeran Denowo. Dengan rasa pasrah Ia mohon pengampunan dan perlindungan kepada Pangeran. Sang Pangeran yang sangat bijaksana justru memberi penghargaan atas jasa dan usahanya untuk mendapatkan pusaka tersebut , maka sebagai penghormatan atas jasa-jasanya ia diangkat sebagai patih di Kadipaten Pemalang.
Pada saat itu Kadipaten Pemalang satu-satunya kadipaten yang memunyai patih dua orang. Karena keberhasilan sang patih dalam menjalankan Pembangunan di kadipaten, dan setiap mendapat tugas dia selalu mengatakan kata - kata " SAMPUN KANJENG" maka Sang Pangeran memberikan julukan PATIH SAMPUN.