Senin, 25 Mei 2009




Sista Lokatara nama panggilanku cukup SISTA
Aku sedang berpose dengan Ibu ku.
Hallo teman teman ku di mana saja berada
Ayooo ...BERI KOMENTAR BUAT GUE .
Bagai mana penampilan FotoKu, cantik nggak...pasticantiiik daaa

Sabtu, 16 Mei 2009

TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASDAN KEBIASAAN BELAJAR
SISWA KELAS III SD N 01 DANASARI

Suhermi
suhermis@gmail.com

Abstrak
Motivasi berprestasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi yang diharapkan, karena motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang menimbulkan dan dapat memberikan arahan bagi individu untuk melakukan aktifitas tertentu dalam mencapai tujuannya.

Motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar merupakan faktor non intelek diantaranya adalah motivasi dan kebiasaan. Kebiasaan belajar merupakan pola yang ada pada diri siswa yang bersifat teratur dan otomatis serta dapat di bentuk oleh siswa sendiri serta lingkungan pendukungnya misalnya orang tua dan guru.

Siswa bersekolah untuk melatih kebiasaan sehingga pada saat lulus sekolah dapat meneruskan kebiasaan belajar, kebiasaan mengeksplorasi, kebiasaan membaca buku, kebiasaan mencerna dan menganalisa suatu fenomena.

Kata kunci: motivasi berprestasi, kebiasaan belajar, faktor non intelek

*)Mahasiswa S1 PGSD Universitas Terbuka UPBJJ Purwokerto Masa Registrasi
2009.1



A. PENDAHULUAN

Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan psiritual, keagamaan, pengendalian diri , kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003: 3).
Penyempurnaan kurikulum harus mengacu pada undang-undang tersebut. Kurikulum 2004 bertujuan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Dalam kurikulum ini diberlakukan standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi kelulusan (Depdiknas, 2003: 3).
Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya(Ahmadi dan Supriyono, 2004: 138)
Dalam pengamatan ini memfokuskan tentang kaitan beberapa faktor internal pada diri siswa dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor internal tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan siswa dan faktor non intelektif yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa.Faktor kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi yang akan dicapai siswa.
Faktor non intelektif diantaranya adalah motivasi dan kebiasaan. Motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang dapat menimbulkan dan dapat memberikan arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai tujuannya.
Standar nilai ketuntasan yang harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi.Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya kearah yang lebih baik.
Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada diri siswa yang bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan kebiasaan itu dapat dibentuk oleh siswa sendiri serta lingkungan pendukungnya.Sesuatu tuntutan atau tekad serta cita-cita yang ingin dicapai dapat mendorong seseorang dapat untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya tercapai dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik akan dapat meningkatkan belajar yang baik akan dapat meningkatkan prestasi belajar saiwa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan motivasi belajar siswa kelas III SD Negeri 01 Danasari Kabupaten Pemalang umumnya relatif rendah. Hal ini terlihat dalam hal pengerjaan tugas, jika tidak ada konsekwensi tugas harus dikumpulkan maka hanya sebagian kecil saja siswa yang mengerjakan tugas tersebut. Keadaan tersebut menjadi kebiasaan yang kurang baik pada diri siswa dalam belajar. Pada kegiatan proses belajar mengajar motivasi siswa cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa, namun akan terjadi hal sebaliknya bila tugas yang diberikan terasa sulit. Adapun respon siswa dalam siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergantung dengan metode yang digunakan oleh guru.
Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan diatas, maka tujuan penulisan karya ilmiah adalah: untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi berprestasi dengan kebiasaan belajar siswa kelas III SD Negeri 01 Danasari Kabupaten Pemalang. Memberi masukan bagi siswa agar termotivasi untuk belajar serta mendorong siswa untuk membentuk kebiasaan belajar yang lebih baik.
Dewasa ini, tampaknya berkembang suatu gejala yang cukup mengkhawatirkan para pendidik yakni adanya krisis motivasi. Gejala yang ditunjukan antara lain adalah berkurangnya perhatian siswa untuk belajar, kelalaian dalam mengerjakan tugas-tugas, pekerjaan rumah,menunda persiapan ulangan, serta pandangan “asal lulus” atau”asal naik kelas”.
Sekarang ini juga terlihat suatu kecenderungan didalam masyarakat yang menganggap bahwa fungsi lembaga pendidikan seolah-olah hanya merupakan suatu tempat untuk mempersiapkan para siswa dalam menghadapi tes dan penilaian, bukan sebagai tempat belajar. Dengan begitu dapat dimengerti bahwa sikap yang berkembang pada siswapun hanya sebatas mencapai prestasi akhir saja, bahkan hanya sekedar lulus atau sekedar naik saja melainkan mencakup prestasi belajar yang bisa diandalkan.
Ukuran keberhasilan seorang siswa, pintar atau tidaknya, oleh masyarakat, masih dinilai dengan nilai atau angka ada raportnya.Untuk itu perlu diperhatikan faktor apakah yang berperan pada pencapaian prestasi yang membanggakan itu.


B. MOTIF BERPRESTASI

Keluhan malas belajar atau kurang bergairah untuk belajar acap kali kita dengar disekitar kita pada mereka yang masih sekolah, dan kita tidak segan-segan untuk memberi label ”pemalas” pada mereka yang secara sadar melakukan kegiatan itu. Pada umumnya terlihat PR yang diberikan guru tidak dibuat atau baru dibuat disekolah pada hari itu. Sehingga simurid bisa juga bersikap masa bodoh atau kurang acuh pada pelajaran yang diberikan.
Kondisi malas, kurang bergairah, atau kurang berhasrat ini disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar. Motivasi dalam hal ini bisa diarikan sebagai suatu disposisi untuk mencapai suatu tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai. Dalam kaitannya dengan kagiatan belajar, motif yang berperan disini adalah motif berprestasi.
Motif berprestasi menurut Mc.Clellnd(1976) adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai.Motif inilah yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu standar keunggulan tertentu.
Heckhausen(1988) menyebutkan tiga ukuran standar keunggulan, antara lain karena prestasinya sendiri, prestasi orang lain atau prestasi untuk menyelesaikan suatu tugas.
Dengan demikian motifasi berprestasi bisa diharapkan prestasi akademik siswa akan baik. Motifasi ini memberikan arah dan tujuan pada kegiatan belajar serta mempertahankan perilaku berprestasi dan dorongan siswa untuk memilih dan menyukai kegiatan belajar.

C. RAGAM MOTIF BERPRESTASI

Sebenarnya ada dua bentuk atau ragam berprestasi
1. Motif berprestasi yang berasal dari luar dirinya(motivasi ekstrinsik), yang artinya
bahwa motif berprestasi ini muncul karena faktor diluar dirinya baik dari
lingkungan rumah maupun sekolah, seperti:
a. Siswa belajar karena takut dihukum guru.
b. Siswa belajar karena dijanjikan akan memerpoleh hadiah oleh orang tuanya.
c. Siswa belajar karena untuk menaikan gengsi dirinya dimata teman atau saudaranya.
d. Siswa belajar karena akan memperoleh pujian atau penghargaan yang disediakan oleh sekolah.
2. Motif berprestasi yang berasal dari dalam diri siswa(motif intrinsik) motif
berprestasi ini muncul tanpa dorongan dari pihak luar. Siswa belajar karena
kesadaran keinginannya untuk belajar. Belajar bagi dirinya sudah merupakan
kebutuhan. Ia menyadari sepenuhnya manfaat dari kegiatan belajar itu, bukan
karena semata-mata ingin mendapat hadiah, pujian atau takut dihukum, tapi lebih
dari itu ia akan memperoleh pengetahuan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH

Pada kenyataannya, ada siswa yang motif berprestasinya lebih intrinsik sedangkan pada orang lain bersifat ekstrinsik. Hal ini disebabkan adanya:
Faktor Individual
Penelitian Harter(1981) pada siswa berdasarkan dimensi intrinsik dan ekstrinsik menunjukan bahwa hanya siswa yang mempersiapkan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang mampu mengembangkan motivasi intrinsik. Siswa-siswa ini dikatakan lebih menyukai tugas-tugas yang menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sebaliknya pada siswa dengan prestasi yang rendah, lebih menyukai tugas sekolah yang mudah dan sangat tergantung ada pengarahan guru. Yang termasuk faktor individual antara lain pengaruh orang tua.
Dari penelitian Ames dan Achter(1987) terlihat bahwa pada ibu yang amat menekankan nilai raport pada anaknya,motivasi yang berkembang lebih kearah ekstrinsik, sedangkan ibu yang mengutamakan bagaimana anaknya bekerja dan melihat bahwa keberhasilan adalah hasil dari suatu usaha, maka motivasi, maka motivasi yang berkembang lebih kearah intrinsik.

Faktor Situasional
Besar kecilnya kelas berpengaruh terhadap pembentukan ragam
motivasi siswa. Kelas yang besar cenderung bersifat formal, penuh persaingan
dan kontrol dari guru. Dengan seting seperti ini maka setiap siswa cenderung
menekankan pentingnya kemampuan, bukan pada penguasaan bahan pelajaran.
Sebaliknya pada kelas kecil siswa lebih leluasa mengatur dirinya
Kelas yang kecil kesannya tidak formal, dan hal ini membuat siswa dapat
membuat pilihan-pilihan sendiri.
Adalah tantangan bagi pihak sekolah, bagaimana sekolah bukan sekedar dilihat sebagai tempat menghadapi ulangan atau ujian dari bidang-bidang studi tersebut dan menjadikan belajar sebagai kebutuhan dirinya. Hanya pada mereka untuk mampu diharapkan prestasi tinggi yang tidak sekedar berupa nilai raport, tapi penguasaan ilmu itu sendiri.

E. MENGEMBANGKAN MOTIVASI BERPRESTASI

Motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai dengan yang ditetapkan oleh siswa itu sendiri. Untuk itu maka siswa dituntut untuk bertanggung jawab mengenai taraf keberhasilan yang akan diperolehnya.
Motivasi berperan sebagai sasaran dan sekaligus alat untuk prestasi yang lebih tinggi. Seseorang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menampilkan tingkah laku yang berbeda dengan orang yang bermotivasi berprestasi rendah.
Ada empat hal menurut Mc.Clelland(1987) yang membedakan tingkat motivasi berprestasi tinggi dari seseorang dengan orang lain, salah satunya adalah: Tanggung jawab. Individu yang memiliki motivasi yang tinggi akan merasa dirinya bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Ia akan menyelesaikan setiap tugas yang dikerjakan tidak akan meninggalkan tugas itu sebelum selesai.

F. PENANAMAN POLA KEBIASAAN BELAJAR

Pada saat anak mulai masuk sekolah dilembaga pendidikan formal, kebiasaan belajar harus ditanamkan di dalam diri anak. Kebiasaan belajar adalah pola perilaku dalam belajar yang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan yang besar pengaruhnya dalam kehidupan seseorang. Banyak cara dan sarana yang dapat dipilih dalam proses menanamkannya. Salah satunya adalah dengan cara memberikan pekerjaan rumah kepada anak oleh guru dalam kerjasama dengan orang tua(Aquilina Tanti Arini, S.Psi dkk; 2006)


G. BELAJAR ADALAH TUNTUTAN HIDUP

Menurut Roger W.Mclntire (2005) Para siswa percaya bahwa andai saja mereka menyelesaikan sekolah, tuntutan belajar akan berakhir. Para orang dewasa tahu bahwa tugas-tugas belajar baru selalu muncul baik dalam pekerjaan maupun dirumah.
Banyak hal-hal spesifik pada pelajaran-pelajaran disekolah akan dilupakan tetapi cara menemukan dan mempelajarinya kembali akan mempersiapkan putra putrinya untuk tantangan yang besar. Para siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik akan selalu memiliki pengalaman yang lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan setiap kesempatan baru baik dalam tugas mereka maupun dalam kehidupan dirumahnya.
Ir.Stefanus Indrayana,MBA(2007) mengatakan tugas seorang bersekolah adalah untuk melatih kebiasaan belajar, sehingga ada saat lulus sekolah dapat meneruskan kebiasaan belajar, kebiasaan mengeksplorasi, kebiasaan membaca buku, kebiasaan mencerna dan menganalisa suatu fenomena. Maka pendidikan bukan sekedar penting tetapi teramat penting buat masa depan sebuah generasi. Tetapi mengapa, dinegara ini pendidikan cenderung diabaikan?

I. PENUTUP

Hasil penelaahan karya ilmiah ini merupakan salah satu usaha guru untuk memberikan motivasi kepada siswanya agar mampu berprestasi dan mengubah kebiasaan belajar pada siswa kelas III. Tulisan juga memberikan gambaran atau contoh-contoh kepada guru agar dapat menerapkan kebiasaan belajar pada siswanya. Sehinga guru diharapkan bisa mengembangkan potensi pada dirinya didalam mengajar. Karena pendidikan sangatlah penting untuk masa depan sebuah generasi.



















DAFTAR PUSTAKA

Anonim; 2003; UUD RI No 20 Th 2003 Tentang Sisdiknas; Jakarta; PT. Kloang
Klede Putra Timur

Dety Titisari dkk; 2006; Seri Pustaka Familia PR dan Pelajaran Sulit Bisa
Menyenangkan; Yogyakarta; Kanisius

Djuharie s dan Suherti; 2001; Panduan Membuat Karya Tulis; Bandung; Yrama
Widya

Kasali Renald; 2004; Sukses Melakukan Presentasi; Jakarta; PT Gramedia Pustaka
Utama

Reni Akbar H; 2001; Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal Sifat, Bakat dan
Kemampuan Anak; Jakarta; PT Grasindo

Roger W. Mclntire; 2005; Teenagers and Parents, 10 Langkah Menciptakan
Hubungan Yang Lebih Baik; Yogyakarta; Kanisius

Sarary, H.A.H; 2000; Media Pembelajaran; Yogyakarta; Safira Insania

Stefanus Indrayana; 2007; The Secret of Better Life; Jakarta; Alexmedia Komputindo

Wardani, I.G.A.K; 2008; Materi Pokok Teknik Menulis Karya Ilmiah; Jakarta;
Universitas Terbuka






Berikut ini adalah kutipan artikel yang ditujukan kepada target pembaca masyarakat ilmiah.

Sebagai suatu konstruk, kesiapan belajar mandiri adalah bagian dari kepribadian individu yang mampu dan mau untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain, dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar, dan evaluasi hasil belajar(Hammond & Collins, 1991; Jarvis, 1990; Knowles, 1975; Long, 1990). Kesiapan belajar mandiri merupakan bagian dari kepribadian yang berkembang dari waktu ke waktu melalui interaksi sosial (Grow, 1991; Oddi, 1987). Sebagai suatu definisi operasional, karakteristik individu yang memiliki kesiapan belajar mandiri, dicirikan oleh (1) kecintaan terhadap belajar, (2) kepercayaan diri sebagai mahasiswa, (3) keterbukaan terhadap tantangan belajar, (4) sifat ingin tahu, (5) pemahaman diri dalam hal belajar, dan (6) menerima tanggung jawab untuk kegiatan belajarnya (Guglielmino, 1989; West & Bentley, 1990).
(Dikutip dari Sugilar (2000). “Kesiapan belajar mandiri peserta pendidikan jarak jauh”. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 1(2), 3-4.)






Artikel target pembaca masyarakat umum

Menurut para pakar kesiapan belajar mandiri adalah bagian dari kepribadian individu yang mampu dan mau untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain, dalam hal penentuan tujuan belajar, metode belajar dan evaluasi hasil belajar.
Pendapat lain mengatakan kesipan belajar mandiri merupakan bagian dari kepribadi yang berkembang dari waktu ke waktu melalui interaksi sosial.
Ciri karakteristik individu yang memiliki kesiapan belajar mandiri:
1. Kecintaan terhadap belajar.
2. Kepercayaan diri sebagai mahasiswa.
3. Keterbukaan terhadap tantangan belajar.
4. Sifat ingin tahu.
5. Pemahaman diri dalam hal belajar.
6. Menerima tanggung jawab untuk kegiatan belajarnya.
- Hammond & Collins, 1991; Jarvis, 1990; Knowles, 1975; Long, 1990
- Grow, 1991; Oddi, 1987
- Guglielmino, 1989; West & Bentley, 1990







PROFIL PRIBADI

BIO DATA CAH GADIS PEMALANG

NAMA PANJANG : SISTA LOKATARA BIN SANTOSO
NAMA PANGGILAN : PANGGIL SAJA SISTA
Aku lahir di kota Pemalang ,jam tiga pagi tepatnya tanggal 19 Maret 1998 ,dilahirkan oleh seorang ibu yang selalu setia mendidikku , SUHERMI namanya. Baakku namanya cuku sederhana bernama SANTOSO ,bapak dan ibuku seorang guru dia selalu sabar dalam menghadapi segala hal.Adikku seorang laki-laki , ia sering dipanggil DAVIT oleh temen-temen pada halnama yang sebenarnya RAFIF FADHIL.Akusekarang baru kelas enam sd, sekarang aku sedang pusing dan bingung memikirkan KE SMP MANA YANG PAS BUAT AKU.
SEKIAN DULU PERKENALANNYA YA... YANG MAU KENAL DENGAN KU ,IKUTI BLOG SISTALOKATARA SANTOSO DAN JANGAN LUPA KOMENTARNYA ..Haa...Haaa...Daaaa..?